TAWURAN DI KALANGAN REMAJA
DISUSUN OLEH:
Muhammad Rifqi Hibatul Azizi (35416071)
Naufal Azfari Pratama (35416342)
Panji Muarief Wicaksana (35416724)
Riski Bayu Setiawan (36416487)
Septian Dwitomo (36416928)
UNIVERSITAS GUNADARMA
Pendahuluan
Pada
masa moderen ini, zaman semakin maju dan remaja, terutama remaja di Indonesia
pun tidak luput dari kemajuan zaman. Mereka berlomba-lomba menunjukkan mereka
yang paling hebat diantara teman-temannya. Aksi premanisme di kalangan remaja kian
marak terjadi saat ini, mulai dari pem-bully-an hingga tawuran. Dalam hal ini,
penulis akan membahas lebih jauh tentang tawuran. Pada saat usia remaja, pola
pikir tiap orang terbilanglabl, karena remaja adalah fase peralihan antara anak-anak
menuju kedewasaa, tetapi pemikiran nya pun belum bisa terbilang matang. Dengan
kata lain, pemikiran remaja masih mengikuti pola emosi.
A.
Mengenal Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada
usia remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Misalnya, seorang anak mem-bully
temannya yang terlihat lebih lemah. Anak dibawah umur pun sekarang telah ada
yang mengonsumsi rokok. Lalu, bagaimana singkap pengertian kenakalan remaja
menurut para ahli? Berikut adalah beberapa bahasan dari Kartono dan Santroch:
·
Kartono, ilmuwan
sosiologi “Kenakalan Remaja atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
·
Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai
perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.”
B.
Bahasan Inti Penulis, Tawuran
Manusia
pada umur remaja masih dalam emosi yang tidak stabil. Mereka masih belum
membedakan yang namanya pola pikir dan pola emosi. Dengan embel-embel setia
kawan, mereka menjadi terjerumus ke pergaulan yang salah, terlebih lagi bila
anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Lalu bagaimana tawuran
pada usia remaja dapat terjadi? Tawuran biasanya
terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti :
1.
Budaya atau kebiasaan
murid sekolah.
2.
Saling ejek-mengejek
antar pelajar sekolah.
3.
Ingin balas dendam
karena salah satu dari mereka ada yang diganggu.
4.
Menginginkan pengakuan dari kelompok
lain bahwa kelompok dari sekolah mereka lebh kuat.
Lalu, mengapa anak-anak
remaja dapat terlibat tawuran? Faktor yang pasti dari keikutsertaan seorang
remaja mengikuti tawuran adalah:
1. Faktor
Pergaulan
Pada sekolah biasanya terbentuk beberapa kelompok siswa, di mana
ada kelompok siswa yang rajin, yang sering menjadi juara kelas, yang menjadi
perwakilan sekolah dalam berbagai ajang lomba dan ada juga sekelompok siswa
yang salah dalam pergaulan yang sering sekali melanggar norma-norma yang ada di
sekolah.
Ada juga siswa yang biasa-biasa saja, siswa ini biasanya asyik
dengan kehidupan nya sendiri dan hanya bergaul sekadarnya saja, siswa yang satu
ini biasanya tidak begitu aktif dalam sekolahnya, kelompok ini adalah siswa
yang biasanya suka bermain game tapi tidak menutup kemungkinan termasuk ke
dalam dua kelompok di atas.
Siswa yang sering melanggar peraturan sekolah biasanya membentuk
sebuah kelompok dengan sendirinya, kelompok ini mempunyai solidaritas yang kuat
pada kelompok ini jugalah yang menjadi ujung tombak terjadinya perkelahian
antar pelajar.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan bagi
pendidikan dan perkembangan remaja. Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G.
Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group.
Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok – kelompok
kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok yaitu
kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam
(in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan
dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan
merupakan kelompok di luar kelompok in-group
3. Faktor Mental dan Gengsi
Siswa laki-laki yang biasanya mempunyai gengsi jika tidak
mengikuti kegiatan yang satu ini, bagi siswa yang tidak ikut akan dianggap
bahwa dia adalah siswa yang lemah, penakut, dan akan menjadi bahan ejekan bagi
siswa yang lainnya.
Gengsi yang tertanam di jiwa siswa laki-laki sangat besar, tawuran
juga biasa dijadikan aksi unjuk gigi dan ajang kuat-kuatan, siapa saja yang
berhasil menaklukkan lawan akan disegani oleh siswa lainnya, gengsi seperti ini
harus dihilangkan.
4. Faktor Keluarga
Faktor
keluarga adalah faktor yang paling mendasar dari seorang anak. Baik burknya
seorang anak akan tercemin dari orang tuanya. Semua segi dari orang tua akan
ditiru oleh anak nya, terlebih lagi anak remaja yang pemikiran mereka terbilang
labil. Perhatian dari orang tua menjadi yang utama dari seorang remaja.
5. Minimnya
Pengetahuan Agama
Agama menjadi faktor yang
paling penting dan utama, jika diurutkan agama menjadi faktor di atas pendidikan
orang tua dan keluarga. Siswa yang kurang dalam menjalankan ibadah dan
cenderung untuk bermain dari pada mengikuti pengajian-pengajian.
Minimnya waktu pembelajaran di sekolah menjadi penyebab
pengetahuan siswa tentang agama minim juga, sebenarnya peran orang tua dalam
mengajari anaknya tentang agama juga sangat besar oleh karena itu baiknya
sekolah kan di Pesantren.
Lalu bagaimana tanggapan dari anak
yang pernah menjadi pelaku tawuran? Penulis mewawancarai adik angkatan penulis
saat di SMA. Penulis menyamarkan nama pelaku agar pelaku tidak mendapatkan
kecaman dari banyak orang karena hal yang pelaku lakukan, yaitu tawuran.
Berikut adalah percakapan pelaku dengan penulis:
Penulis :
Pernah gak kamu nongkrong-nongkrong sama teman-teman kamu?
Narasumber : Pernah dulu, bang pas SMP.
Penulis :
Biasanya kamu nongkrong sama temen kamu sampe jam berapa?
Narasumber : Biasanya tergantung sih, bang. Kadang sampe
malem.
Penulis :
emang gak di tanyain sama orang tua?
Narasumber : ya ditanyain sih bang.
Penulis :
terus kenapa kamu gak pulang cepat pada saat itu?
Narasumber : Gak enak sama temen temen yang laen bang.
Besoknya pasti saya di kata-katain “anak mami” gituh. Saya seringnya juga
ngomong kalo saya belajar kelompok buat belajar bareng dirumah temen, bang.
Penulis : Apa
aja sih yang kamu lakuin pas lagi nongkrong?
Narasumber : Ya kebanyakan sih nongkrong biasa aja, bang.
Tapi kadang saya juga diajak buat “nyerang” anak SMP sebelah sekolah saya sih
bang.
Penulis : Lalu kamu ikut itu “nyerang”? kenapa
kamu ikutan gitu?
Narasumber : Gak enak
sama temen, bang. Awalnya sih sebenernya saya takut. Tapi pas temen saya ada
yang dipukul gitu, saya gak enak kan ngeliatnya, jadi saya pukul balik aja yang
mukul, kadang saya juga pake batu gitu bang.
Penulis : Sekarang
kamu udah SMA. Terus kata kamu yang kamu lakuin itu salah gak sih?
Narasumber : Salah
sih, bang.
Penulis :
Sejak kapan kamu sadar kalo tawuran itu salah?
Narasumber : Saat
dulu sih bang pas kita kan lagi nyerang, terus temen saya ada yang ditusuk dari
belakang sama anak sebelah, bang.
Penulis :
Terus temen kamu gimana yang ketusuk itu?
Narasumber :
Meninggal di tempat, bang.
Daftar Pustaka