-Abiyoga W 30416036
-Azmi A 31416279
-Dandi Rifki Maulana 31416687
-Hafiz A 33416144
-Muhammad Irwan S 33416962
-Muhammad Rifqi Hibatul 35416071
MENGANALISA PERUSAHAAN CV. LAKSANA
1.Sejarah PerusahaanSejarah Laksana menjadi karoseri dimulai sejak tahun 1967 di Semarang. Karoseri Bus Laksana yang dimiliki bapak Iwan Arman pada awalnya merupakan toko yang difokuskan pada mesin otomotif dengan karyawan yang berjumlah 25 orang. Pada tahun ketiga sampai tahun 1970 Laksana mengalami pertumbuhan yang luar biasa, toko mesin otomotif ini berpindah ke lokasi baru yang lebih luas di Ungaran. Pada tahun 1977 bapak Iwan Arman membuat Commanditaire Vennootschap yang diberi nama Laksana dan memproduksi minibus pertama dari Laksana yaitu Mitsubishi T-120.
Pada tahun 1978 yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi Laksana direlokasi kelahan seluas 5000 m2. Saat ini pabrik produksi Laksana di Ungaran telah berkembang mencapai lebih dari 100.000 m2 dan kapasitas produksi dari Laksana telah mencapai 1500 setiap pertahun dan bisa berkembang seiring berjalannya waktu. Mengingat kapasitas produksi yang tinggi, jumlah karyawan di Laksana sendiri kurang lebih ada 1400 orang, ekspansi berkelanjutan ini memungkinkan Laksana mengembangkan divisi-divisi lainnya untuk mendukung produksi karoseri. Pertumbuhan ini tentu saja didukung oleh loyalitas dan kepercayaan pelanggan akan kualitas produk yang dibuat oleh Laksana dan menjadikan Laksana sebagai salah satu karoseri terbesar di Indonesia saat ini.
Nama Laksana adalah aset utama bagi CV. Laksana, hari demi hari CV. Laksana berusaha tanpa henti membangun citra Laksana untuk menjadi pilihan utama sebagai karoseri terbaik di Indonesia yang menawarkan produk dan pelayanan terbaik.
2.Budaya Perusahaan
Sebagai salah satu perusahaan karoseri terbesar di Indonesia CV. Laksana memiliki program 5S yaitu seiri (pemilihan), seiton (penataan), seiso (pembersihan), seiketsu (perawatan) dan shitsuke (penyadaran diri akan kebiasaan). Program 5S dipandang sebagai usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah (problem solver). Program 5S ini telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di mancanegara. Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang dan mulai dikenal karena kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan perhatiannya terhadap pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi pembororsan di tempat kerjanya. Beriku ini merupakan penjelasan dari 5S.
a. Seiri (pemilihan) merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna.
Barang berguna => Disimpan
Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
b. Seiton (penataan) adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi. Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.
c. Seiso (pembersihan) adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance (PM). Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
d. Seiketsu (perawatan) adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur dan berkala.
e. Shitsuke (penyadaran diri akan kebiasaan) adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja.
• Disiplin terhadap standar
• Saling menghormati
• Malu melakukan pelanggaran
• Senang melakukan perbaikan
3.Struktur Organisasi
Sistem perusahaan besar umumnya memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi suatu perusahaan dibuat dengan cara disesuaikan dengan kebutuhan, kultur, serta skala dari perusahaan tersebut. Berikut merupakan bagan struktur organisasi CV. Laksana.
Berdasarkan struktur organisasi tersebut setiap bagian memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Berikut ini merupakan tugas dan wewenang setiap bagian di CV. Laksana.
1. Manager Sales Area
a. Menjaga dan mengamankan dokumen kerja bagian Departemen Sales & Marketing dari penyalahgunaan dan penyimpangan yang dilakukan oleh
pihak institusi luar maupun individu-individu yang tidak bertanggung jawab.
b. Bertanggung jawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen Departemen Sales & Marketing ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama team yang solid antar departemen terkait dengan urusan Departemen Sales & Marketing.
2. Manager Marketing
a. Menjaga dan mengamankan dokumen kerja bagian Marketing dari penyalahgunaan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pihak institusi luar maupun individu-individu yang tidak bertanggung jawab.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen Marketing ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Memastikan bahwa seluruh karyawan dibawahnya melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
e. Bertanggungjawab membina kerjasama team yang solid antar departemen terkait dengan urusan Marketing.
3. Manager Brand & Marketing Communication
a. Meneruskan hubungan dengan key accounts dengan membuat kunjungan periodik, menyelidiki kebutuhan spesifik, mengantipasi kesempatan baru.
b. Membantu sales manager untuk membentuk tim sales yang tepat dan berkualitas melalui (trainning, hire dan firing).
c. Bertemu dengan bagian pemasaran dan penjualan dengan meramalkan keperluan/syarat, menyiapkan anggaran tahunan, menjadwalkan belanja, menganalisis perbedaan, memulai tindakan yang perlu dikoreksi.
d. Memperkirakan laba kotor tahunan dengan peralaman dan pengembangan kuota penjualan tahuan tiap wilayah, membangung strategi harga, merekomendasi harga penjualan, memonitoring biaya, kompetisi, pengadaan, dan permintaan.
e. Meningkatkan daya jual produk dan meningkatkan kemasan produk.
4. Manager IT (Information Technology)
a. Mengatur terlaksananya program kerja Departemen Information Technology sesuai program kerja dan jadwal atas persetujuan Direktur Teknik.
b. Mengontrol bawahan dalam melakukan program kerja Departemen Information Technology.
c. Wajib Mematuhi & Bertanggung jawab atas disiplin kerja sesuai Peraturan Perusahaan (PP).
d. Memastikan proses pengembangan bidang Information Technology sesuai kebutuhan perusahaan.
5. Manager Product Engineering
a. Bersama dengan Direktur Tehnik menentukan design produk baru atau revisi design secara keseluruhan.
b. Membantu supervisor engineering dalam melakukan evaluasi SDM (terutama Drafter) dari masing-masing tim engineering sesuai dengan beban pekerjaan di suatu periode.
c. Menentukan strategy pengembangan produk jangka menengah (Class A, B dan C).
d. Bersama dengan supervisor Product Engineering melakukan penentuan target kerja tiap tim Product Engineering.
6. Manager R & D (Research & Devolopment)
a. Bersama dengan Direktur Tehnik menentukan design produk baru atau revisi design secara keseluruhan.
b. Membantu Supervisor dalam melakukan evaluasi SDM dari masing-masing tim Research & Development (R&D) sesuai dengan beban pekerjaan di suatu periode.
c. Menentukan strategy pengembangan produk.
d. Bersama dengan Supervisor melakukan penentuan target kerja tiap tim Research & Development (R&D).
7. Manager Production
a. Menjaga dan mengamankan dokumen kerja bagian departemen produksi dari penyalahgunaan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pihak institusi luar maupun individu-individu yang tidak bertanggung jawab.
b. Bertanggung jawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen produksi ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Memeriksa kualitas hasil kerja bawahan.
8. Manager HRD & Training
a. Atas sepengetahuan direktur teknik membuat dan menyusun program kerja HRD & Training yang berkaitan dengan program visi & misi perusahaan.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen Departemen HRD & Training ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar Departemen terkait.
9. Manager Quality & Testing
a. Atas sepengetahuan direktur teknik membuat dan menyusun program kerja quality control seluruh bagian-bagian produksi yang berkaitan dengan program kerja departemen quality control.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen quality control ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan Departemen Produksi.
10. Manager Engineeering Proces
a. Atas sepengetahuan direktur teknik membuat dan menyusun program kerja Proses Engineering yang berkaitan dengan program kerja.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen proses engineering ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan Departemen Produksi.
11. Manager After Sales Service
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen sales.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen sales ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama team yang solid antar departemen terkait dengan urusan departemen sales.
12. Manager Logistic
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen logistik.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen logistik ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan departemen logistik.
13. Manager General Affair & Maintenance
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen general affair & maintenance.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen general affair & maintenance ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan departemen general affair & maintenance.
14. Manager PPIC
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen logistik.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen PPIC ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan departemen PPIC.
15. Manager Purchasing
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen purchasing.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen purchasing ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar bawahan dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan departemen purchasing.
16. Manager Finance & Accounting.
a. Atas sepengetahuan direktur finance & accounting membuat dan menyusun program kerja departemen finance & accounting.
b. Bertanggungjawab atas terjadinya segala penyimpangan dan kebocoran dokumen departemen finance & accounting ke pihak luar.
c. Memberikan arahan kepada bawahan, agar dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan target yang ditetapkan.
d. Bertanggungjawab membina kerjasama tim yang solid antar departemen terkait urusan departemen finance & accounting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar